Manipulasi Kelulusan, Tak akan Proses Ijazah
MAKASSAR -- Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/Alayiah mulai dilaksanakan, Senin 18 April mendatang. Seperti tahun sebelumnya, UN di Sulsel kembali diterpa isu kebocoran soal hingga beredarnya kunci jawaban.
Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan Andi Patabai Pabokori, Jumat 15 April menegaskan, sekolah yang kedapatan membocorkan soal akan diberi sanksi keras. Begitupun saat penentuan kelulusan. Sekolah yang kedapatan memanipulasi data akan dikenai sanksi.
”Kalau UN kacau karena ulah sekolah, misalnya memanipulasi data kelulusan maka tak akan diproses ijazah kelulusan siswa di sekolah bersangkutan. Nilai sekolah pun dianggap tidak ada,” tegas Patabai.
Menurut mantan Bupati Bulukumba ini pemalsuan data kelulusan mudah dilacak. Itu karena nilai siswa untuk semester 1 sampai 6 sudah dikirimkan ke Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional di Jakarta. Tahun ini penentuan kelulusan memakai sistem 40 persen nilai sekolah dan 60 persen hasil UN. Akumulasi dari perhitungan inilah yang menentukan nilai akhir para siswa.
"Kalau ada sekolah takut siswanya tidak lulus lantas memanipulasi hasil UN, itu sudah tidak betul. Persyaratan untuk lulus tahun ini sangat mudah, makanya sekolah jangan lagi mengakal-akali," ungkapnya.
Perhitungan kelulusan yang dimaksudkan Kadis, misalnya, ada angka mata pelajaran mendapat nilai sembilan atau sepuluh. Angka itu mudah diketahui karena merupakan akumulasi hasil dari rapor selama enam semester. "Angka siswa ketahuan dari rata-rata prestasi dia selama di kelas, tidak mungkin ada angka setinggi itu," kata Patabai.
Sudah bukan rahasia, sekolah kerap menggunakan berbagai cara untuk mendongkrak nilai kelulusan siswanya. Terkadang mereka membentuk tim terdiri dari guru-guru dan membuat intrik dengan mengedarkan kunci jawaban dari kisi-kisi soal untuk siswanya. Sikap "curang" dari sekolah inilah yang diantisipasi Dinas Pendidikan Sulsel.
"Kalau ada kegiatan-kegiatan yang menggangu UN, sebaiknya dilaporkan saja," tambahnya.
Soal UN untuk SMA/SMK/Aliyah telah disalurkan ke 24 kabupaten/kota. Terakhir terkirim adalah Kota Makassar, Jumat 15 April kemarin ke Kantor Dinas Pendidikan setempat. Pengiriman soal dilakukan selama tiga hari berturut-turut mulai dari Selasa hingga Kamis.
Tahun ini ada 20 pulau terpencil yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Pangkep dan Kepulauan Selayar dikirimi soal UN, namun tak mengalami kendala.
Kadis juga mengimbau murid yang ikut UN supaya belajar sambil berdoa. Terpenting adalah percaya diri dan jangan terpengaruh dengan isu soal UN bocor, atau beredar kunci jawaban melalui Sort Message Service (SMS). "Itu semua tidak benar. Agak sulit soal bocor, selain ketat juga soal dibagi dalam lima jenis berbeda. Setiap ruangan diisi 30 siswa, ada lima soal berbeda. Kecil kemungkinan ada soal sama. Setiap ruangan dilibatkan tiga pengawas," kata Kadis.
Ketua Panitia UN Dinas Pendidikan Kota Makassar, Ismunandar mengatakan selain menggunakan pengawas guru dengan sistem silang, juga pengawas dari perguruan tinggi. Soal ujian juga dibuat dengan lima paket berbeda.
Naskah soal UN telah didistribusikan sejak Rabu, 13 April. Dinas Pendidikan Makassar menerima 222 bundel naskah soal ujian sesuai jumlah sekolah penyelenggara UN, kemarin. Paket soal disimpan di kantor Dinas Pendidikan dengan pengawalan empat polisi.
Ismunandar mengatakan, peserta UN tingkat SMA dan sederajat sebanyak 20.126 orang. Jumlah ini terdiri dari 10.306 siswa dari 110 SMA negeri dan swasta, Madrasah Aliyah 1.402 siswa dari 25 sekolah, SMK negeri dan swasta 8.465 siswa dari 85 sekolah, serta 44 peserta dari SLB.
"Sudah disiapkan 1006 ruangan untuk UN pada 222 sekolah dengan pengawas sebanyak 2014 orang. Setiap ruangan diisi maksimal 20 peserta. Satu ruangan mendapat lima paket soal berbeda," kata Ismunandar, Jumat, 15 April.
Ismunandar memastikan tidak ada kebocoran soal ujian setelah distribusi dari Dinas Pendidikan Sulsel. Sejak dari percetakan hingga pendistribusian pada hari pelaksanaan ujian, sudah mendapat pengawalan ketat kepolisian.
Naskah soal sesuai mata ujian, urainya, didistribusikan ke sekolah mulai pukul 06.00 Wita setiap hari untuk mengantisipasi kebocoran pada saat didistribusikan ke sekolah. Pengiriman ke sekolah tetap mendapat pengawalan polisi.
Terkait kemungkinan bocornya soal menjelang UN, Ismunandar mengaku ragu dapat berfungsi maksimal. Selain pengawasan yang lebih ketat, penggunaan lima paket soal berbeda akan menyulitkan penggunaan kunci jawaban.
Bahkan, bila salah menggunakan kunci jawaban bisa saja berdampak pada ketidaklulusan. "Lebih baik percaya saja pada kemampuan sendiri. Lagipula, kelulusan UN lebih mudah, karena sudah memperhitungkan nilai UAS dan rapor siswa," imbaunya.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Makassar itu mengemukakan, siswa sebaiknya menghindari penggunaan kunci jawaban. Betapa tidak, bocoran berupa kunci jawaban lebih banyak menyesatkan.
Setelah pelaksanaan ujian, lembar jawaban komputer akan melalui proses scanning di Unhas. Hasil scanning selanjutnya dikirim ke Pusat Penilaian Pendidikan untuk pemeriksaan. Nilai yang akan diterima merupakan kombinasi nilai UN, UAS, dan rapor masing-masing siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Mahmud BM meminta peserta UN tidak menjadi korban kunci jawaban. Apalagi bila dengan imbalan sejumlah uang untuk mendapatkan kunci jawaban.
Naskah UN sebanyak lima paket membuat peserta ujian sulit memprediksi soal ujian yang akan diterimanya. Apalagi pembagiannya dilakukan secara acak. (aci-rif) Sumber : http://www.fajar.co.id/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar